Menjadi
‘MOMMY’?
Pertanyaan itu keluar dari
mulut teman-temanku saat aku habis melahirkan anak pertamaku. “Bagaimana rasanya menjadi seorang Ibu?” Aku
hanya bisa menjawabnya dengan senyuman, lantas berkata, “Membanggakan!”
Ya, aku bangga menjadi seorang
IBU. Bagiku, menjadi seorang IBU adalah kelahiran terakhirku sebagai seorang
wanita.
Kog BISA?
Jelas BISA! Kenapa?
Seorang wanita terlahir 3
kali, ingat TIGA KALI. Pertama, saat dia dilahirkan menjadi seorang anak.
Kedua, saat dia dilahirkan menjadi seorang isteri. Dan ketiga, saat dia
dilahirkan menjadi seorang ibu.
Bagiku, tidak semua wanita
di dunia ini merasa 3 kali dilahirkan. Tidak semua wanita di dunia ini
merasakan menjadi seorang isteri dan seorang ibu.
Bagiku, wanita yang
terlahir 3 kali itulah WANITA YANG SUKSES. Wanita yang hidup sesuai kodratnya.
Menjadi seorang IBU itu
capek, tapi menyenangkan loh...
Yup, jadi seorang ibu itu
cuapek sangat. Apalagi kalau seorang ibu itu juga bekerja alias jadi wanita
karier, sudah pasti capeknya doubel. Ditambah lagi, di rumah tidak ada asistent
rumah tangga, bisa dikata doubel 2 kali.
Jadi seorang ibu dengan
anak masih bayi dan menyusui. Aduh, sudah pasti tidur malamnya bakalan
keganggu. Terus, mau tidur siang? Gimana sama pekerjaan rumahnya? Iya kalau ada
asistent rumah tangga, kalau nggak ada? Siang sewaktu anaknya tengah bobok,
ditinggal deh masak, nyuci, nyapu dan yang lainnya. Si kecil bangun, momong
anak lagi dong.
Bisa bayangin, kan,
capeknya seorang ibu? Itu aja kalau sang ibu stand by di rumah. Gimana kalau ibu juga bekerja?
Bangun sebelum subuh, itu
pasti. Ngapain? Masak, nyuci dan bersih-bersih rumah sebelum ngantor. Ditambah
lagi, menyusui, mandiin si kecil, mandiin diri sendiri, berbenah diri, kalau
ada waktu, sarapan juga boleh. Sebelum ke kantor, nitipin si kecil dulu kalau
nggak ada babysitter. Di kantor pun
pasti juga nggak bisa fokus, inget terus sama si kecil yang lagi dititipin.
Kira-kira, si kecil lagi ngapain ya? Si kecil udah bobok belum, ya? Dan yang
lainnya...
Sore. Pulang ngantor,
pastinya kepengen cepet-cepet pulang. Kalau dulu waktu belum punya anak, pulang ngantor diajak teman
makan di luar atau jalan-jalan dulu, pasti mau aja kalau minta izin suami
diizinin. Tapi, setelah jadi ibu? Diizinin suami pun pasti juga mikir dua kali.
Kalaupun ngikut makan di luar atau jalan-jalan, pasti juga nggak bakalan tenang
lantaran keinget sama si kecil.
Oke, pulang ngantor
langsung pulang. Setelah bersihin diri, lanjut ngurusin si kecil, kan? Seharian
capek kerja, tidur malam nggak nyenyak, kan karena harus berkali-kali bangun
lantaran si kecil haus (harus menyusui), si kecil ngompol (nggak pake pampers).
Nah, bisa bayangin, kan?
Keterbatasan kebebasan seorang wanta setelah menjadi ibu? Ibu yang bekerja di
luar rumah.
Beda cerita lagi kalau si
ibu ini jadi ibu rumah tangga tanpa asistent rumah tangga, tanpa babysitter,
tapi bekerja dari rumah manfaatin internet. Kayak contohnya : ngikut MLM yang
bisa dijalanin secara online dan manfaatn gadget, buka toko online dan lain
sebagainya.
Hmm, kesibukan si ibu yang
kerja online alias berwirausaha sebenernya hampir sama kog sama si ibu yang
bekerja di kantoran. Cuma, si ibu yang bekerja di rumah ini nggak terikat waktu
alias bekerja sesuai kemauan diri sendiri. Beda kalau ibu yang kerja kantoran,
terikat waktu.
Itu adalah
kecapek-kecapekannya seorang ibu. Kalau menyenangkannya, apa?
Jelas banget jadi seorang
ibu menyenangkan. Sekaligus membanggakan!
Senengnya, pulang ngantor
ada si kecil yang lucu. Polah tingkahnya yang ngemesin itu seolah membakar kecapekan
yang berselubung di tubuh. Heheheh. Ngelihat wajah polosnya si kecil, seolah
memacu kita untuk giat bekerja, mencari materi demi memberi fasilitas yang
memadahi buat si kecil. Para ibu tentunya nggak mau, kan, kalau melihat buah
hatinya sampai kurang fasilitas dan terlihat norak di hadapan teman sebayanya?
Bangganya, bagian mana?
Bangga karena tidak semua
wanita bisa menjadi seorang ibu. Kalaupun bisa menjadi seorang ibu, tidak semua
wanita bisa melahirkan seorang bayi. Jadi, beruntunglah kalian para wanita yang
ditakdirkan menjadi seorang ibu dari bayi yang tumbuh di rahim kalian. Itu
adalah anugerah terindah dari TUHAN yang tidak bisa dibeli dengan apapun.
Nah, para Mommy yang
berbahagia, celoteh di atas adalah cuap-cuapku menjadi seorang ibu muda dari
bayi yang berusia 2 bulan. Bayi yang tumbuh di rahimku, ya walaupun nggak bisa
terlahir secara normal alias harus SC. Tapi yang jelas, normal ataupun SC bukan
suatu masalah bagiku, karena aku tetep sayang sama ARJUNAku, tetap bangga
karena TUHAN memberi kepercayaanku untuk merawat titipanNYA.
Kayaknya, sekian dulu
curhatanku kali ini. Maaf pake banget kalau ada salah kata. Karena yang ku
tulis ini bukanlah fiksi, bukan pula artikel, melainkan adalah curahan hati
seorang ibu muda yang tengah berbahagia.
Witri
Prasetyo Aji
Boyolali,
5 Februari 2015
@kantor
SMP ISSUD Ampel
0 Comments