Diusia yang sudah memasuki angka 30, saya sering banget merasa pegal-pegal, badan juga mudah capek. Akan tetapi, saya bukanlah orang yang sakit dikit langsung minum obat. Saya memilih untuk istirahat, minum minuman herbal ataupun jamu. Yups, karena salah satu ikhtiarku untuk sehat adalah kembali ke alam, mengkonsumsi clean food, minum minuman herbal atauun jamu, banyak minum air putih, dan juga rutin olahraga.
Banyaknya berita tentang penyakit yang tiba-tiba menyerang anak-anak ataupun orang dewasa, jujur saja membuat saya jadi parno. Apalagi ada beberapa orang di sekitarku yang tiba-tiba cuci darah, mengidap diabetes, dan lain sebagainya.
Di zaman yang mau makan apa saja mudah didapat seperti sekarang, itu membuat saya lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan. Mengurangi makanan instan dan juga junk food. Pun juga mengurangi makanan yang tinggi gula dan mengandung tepung-tepungan.
Saya yang dulunya sering banget ngopi, kini juga mulai dibatesin. Karena kopi itu candu, tapi jika beberapa hari enggak ngopi ya bisa saja dan malah nggak pengen ngopi. Tapi, jika sering ngopi, maunya ya kopi terus. Dan saya nggak mau kecanduan kopi. Hehehe... (soalnya sukanya kopi kekinian yang banyak gula meskipun pesannya yang less sugar).
Untuk mengalihkan kesukaan saya terhadap kopi, sayapun terkadang mengkonsumsi minuman herbal seperti apa yang diresepkan oleh dokter Zaidul Akbar. Bahkan, saat makan di luar, jika ada menu minuman herbal ya saya lebih memilih pesan minuman herbal. Seperti waktu makan di The Mahesa Coffee & Eatery, saya memesan minuman jahe sereh. Dan rasanya tidak kalan enak kok dari kopi kekinian.
Saya bukan hanya mengkonsumsi minuman herbal saja, tetapi juga mengkonsumsi jamu. Yups, jamu yang merupakan warisan dari nenek moyang kita.
Sebelum mengenal lebih jauh tentang jamu, ternyata jamu dan minuman herbal itu berbeda--saya baru tahu. Padahal sama-sama terbuat dari bahan alami yang bermanfaat untuk tubuh.
Jamu dan Minuman Herbal
Jamu berasal dari dua kata, yaitu Jawa dan Ngramu yang artinya ramuan yang dibuat oleh orang Jawa. Bahkan, menurut Jawa Kuno, jamu juga disebut Djampi yang artinya metode penyembuhan dengan ramuan herbal.
Jadi, pengertiannya jamu adalah obat tradisional berbahan alami warisan budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi untuk kesehatan.
Sementara minuman herbal adalah minuman yang berasal dari bahan alami yang bermanfaat bagi tubuh, biasanya dibuat dari rempah-rempah atau bagian dari tanaman, seperti akar, batang, daun, bunga, atau umbi.
Tapi kali ini saya tidak akan membahas lebi tentang minuman herbal, melainkan membahas tentang jamu. Siapa sih yang tidak mengenal jamu? Apalagi kalau hidup di desa, hampir setiap hari ada orang yang berjualan jamu keliling. Kalau dulu sewaktu saya kecil, ada jamu gendong (perempuan penjual jamu dan jamunya digendong), tetapi seiring perkembangan zaman, sekarang banyak penjual jamu yang naik motor.
Jamu
Ternyata, jamu ini ada berbagai macam. Tentunya dengan khasiatnya masing-masing. Seperti contoh, ada jamu beras kencur yang rasanya manis. Biasanya ini kesukaan anak-anak. Ada pula jamu brotowali yang pahit sekali, tetapi bermanfaat untuk menyembuhkan gatal-gatal. Sewaktu saya masih kecil, saya pernah alergi makanan lalu biduran, dan saya disuruh minum brotowali. Dan biduran saya Alhamdulillah sembuh.
Terus, ada juga jamu cabe puyang yang bermanfaat untuk meredakan pegal-pegal. Lalu yang selalu menempel dalam ingatan saya, ada jamu uyup-uyup yaitu jamu untuk ibu-ibu yang sedang menyusui. Katanya, jamu uyup-uyup ini bermanfaat untuk melancarkan ASI.
Bukan hanya itu saja, masih banyak macam-macam jamu lainnya, seperti : sinom, kunci sirih, kudu laos, galian singset, dan temulawak. Dan tentunya, setiap jamu tersebut mempunyai khasiatnya masing-masing.
Keluarga Sehat Dengan Jamu
Setelah tahu berbagai macam jamu dan manfaatnya, ternyata jamu tidak hanya bisa dikonsumsi oleh orang dewasa saja. Etapi, anak kecil juga bisa mengkonsumsi jamu. Kalau anak saya yang berusia 9 tahun, dia biasanya mengkonsumsi jamu kunyit asam atau beras kencur yang rasanya tidak pahit. Kunyit asam ini banyak mengandung antioksidan. Sementara beras kencur berkhasiat untuk menambah nafsu makan dan meningkatkan stamina.
Jamu yang sering saya dan keluarga konsumsi ya kunyit asam dan beras kencur tersebut. Ya, karena rasanya manis. Sementara ibu saya, sering kali mengkonsumsi cabe puyang dan pahitan atau brotowali.
Di era modern seperti sekarang, banyak pabrik yang menjual jamu instan seperti Herbadrink dan Sidomuncul. Saya sendiri pernah mengkonsumsinya dan rasanya enak. Akan tetapi, karena saat ini saya dan keluarga mengurangi yang instan, kami biasa membeli jamu dari Mbok Jamu Gendong. Kebetulan setiap hari di depan sekolah anak saya ada mbah-mbah yang menjual jamu. Jadi, jamu buatan sendiri dan lebih fresh.
Pengalaman Mengkonsumsi Jamu
Pengalaman selama mengkonsumsi jamu, badan saya lebih enak dan tidak mudah pegal-pegal. Etapi saya tidak setiap hari mengkonsumsinya. Selain itu, saya juga memperbanyak minum air putih, rajin berolahraga meskipun tidak setiap hari, mengurangi junk food dan makan clean food. Saya bukan anti junk food yah, kadang masih mengkonsumsinya juga kok, bahkan juga masih ngopi kekinian. Akan tetapi seperti yang saya katakan diatas, saya membatasinya.
Penutup
Jamu bukanlah sekedar minuman. Tapi jamu adalah warisan leluhur. Jamu mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan tubuh. Dan menurut saya, sebagai orang Indonesia apalagi orang Jawa, mari kita lestarikan #budayasehatjamu karena #menjamudunia. Duniapun mengenal jamu, bahkan setiap tanggal 27 Mei diperingati sebagai Hari Jamu Nasional.
Teruntuk teman-teman yang ingin mengkonsumsi jamu, teman-teman bisa juga beli jamu instan seperti Herbadrik ataupun Sidomuncul. Atau, teman-teman juga bisa membeli jamu homemade yang biasa dijual online. Mari budayakan minum #jamukeluargaindonesia untuk kesehatan kita dan keluarga.
0 Comments