DRAMA HARI PERTAMA
SEKOLAH
Finally, merasakan juga yang namanya
nganterin plus nungguin anak masuk sekolah untuk pertama kalinya. Yups,
benar-benar pertama karena sebelumnya tidak pernah ditipin di sekolah, atau
latihan sekolah. Pun juga belum pernah ikutan program trial class maupun happy
kids.
Jadi,
niatan kepengen menyekolahkan Juna itu sudah dari tahun kemarin. Tapi kan tahun
kemarin belum ada 3 tahun, masih mikir ulang. Lagian, anak sudah siap apa
belom? Jadi... skip!
Tahun
ini, kembali galau. Masuk PAUD enggak, ya? Meski dalam angan emaknya sudah ada
beberapa sekolah yang recomended.
Terus disesuaikan juga dengan kebutuhan anak sama emaknya, mulai dari jarak
rumah ke sekolah sampai mikir gimana entar antar jemputnya.
Dan...
Dapat
yang dekat sama kantor (memang nyari yang dekat). Bisa sampai siang juga, tapi
kegiatannya hanya sampai jam 11. Jadi kalau Uti sama Kakung enggak sibuk ya
pulang jam 11. Enggak fokus soal akademik—ini yang aku suka. Jadi anak dibiarin
main, terus dilatih kemandirian dan pembiasaan-pembiasaan, yang penting happy juga, tidak memaksakan akademik
harus bagus. Untuk anak seusia Juna yang baru 3 tahunan, aku sih setuju ajah.
Hehehe...
Kemarin,
hari pertama masuk sekolah, niatnya mau ditungguin Uti. Tapi Uyudnya malah
masuk RS, akhirnya... emaknya izin kerja. Dibilang izin sih enggak juga, wong akhirnya juga bolak-balik dari
sekolah Juna ke kantor dan saat Juna pulang sekolah juga diajakin ke kantor.
Happynya... Juna sih langsung akrab sama
teman-teman. Langsung ikutan main meski belum kenal. Pas dipamitin mamah mau
kerja juga enggak pakai rewel. Intinya sih, dari hari pertama masuk sekolah nih
anak bisa dilepas.
Etapi...
sebagai emak yang enggak pernah nitipin anak ke orang lain kecuali ke ibuku
ataupun mertuaku, sempat merasa was-was. Ada loh perasaan, nanti kalau Juna
nakal sama temannya gimana? Atau sebaliknya? Gimana kalau Juna dinakalin
apalagi sampai dibully? Gimana kalau
Juna haus atau lapar? Gimana kalau mau ke toilet? Berani bilang ke bu guru
enggak, yah? Dan banyak deh kekhawatiran-kekhawatiran lainnya. Tapi
lama-lama... mikir lagi, kan niat awal nyekolahin anak kan memang biar mandiri,
biar bisa bersosialisasi sama teman-temannya dan anak juga bisa mengatasi
masalah tanpa ada orang tuanya.
Intinya,
untuk hari pertama sekolah, enggak ada drama. Hahaha...
Untuk
hari kedua ini tambah gampang lagi, emaknya enggak pakai nungguin. Salim bu
guru langsung berbaur sama teman dan emaknya kerja. Etapi... jadi manja pas
Kakung menjemputnya padahal belum jam pulang. Hahaha... ada adegan enggak mau
masuk kelas. #apacucuselalumanjasamakakek?
Etapi...
ya memang sudah waktunya.
Terus,
untuk hari ketiga, empat dan lima, makin gampang. Salim dan udah mau bilang : “Mamah, Juna sekolah dulu, yah?”
Sudah
ada peningkatan pula, dia tahu kalau rebutan itu jelek, dia juga makin gampang
dibilangin, habis makan bungkusnya dibuang di tempat sampah, bisa cerita kalau
di sekolah main ini-itu, diajarin nyanyi dan berdoa dan bla-bla...
Ini
ceritaku soal Arjuna yang mau masuk sekolah, gimana dengan buibu lainnya? Share yuk....
0 Comments