ANAK AKTIF DI RUANG
PUBLIK? BISA DIATASI KOK...
Hai hai
Assalamualaikum emak-emak, boleh ya hari ini aku mau curhat plus menyampaikan
pendapat. Hehe... ini sebenarnya draf lama pas timeline lagi rame soal statusnya Mbak Rembulan Indira soal anak
yang aktif di ruang publik. Tapi... daripada mengendap di leptop, enggak
apa-apa yah akhirnya aku publikasikan.
Yah, sebagai emak-emak
aku sich enggak bisa menyalahkan maupun membenarkan status sesembaknya. Aku
baca berulang sampai aku paham maksudnya mbaknya sich yang sebenarnya
baik, tapi yaa maaf, ada kata-kata embaknya yang agak menyinggung dan terkesan
kalau ortu yang anaknya aktif di ruang publik kok kayak enggak bisa mendidik
anaknya. Sempat kesal sich bacanya, tapi akhirnya matur thankyuuu sudah diingetin.
Sebelum mrebet ke
mana-mana, sebenarnya ruang publik itu apaan?
Menurut wikipedia, ruang
publik adalah Areal atau tempat dimana suatu masyarakat atau komunitas dapat
berkumpul untuk meraih tujuan yang sama, sharing permasalah baik permasalah
pribadi maupun kelompok.
Nah, di sini aku mau
curhat soal anak yang aktif di ruang publik. Kebetulan banget, anak aku tuh
bisa dibilang aktif, usil, enggak bisa diam, cerewet, pokoknya ya gitulah.
Bahkan di luar juga tetap usil. Soalnya ada loh, anak yang usil di rumah tapi
bisa anteng di luar. Ponakan aku sendiri kayak gitu, bahkan kadang aku gemes,
soalnya anteng banget, difoto suruh action
ini-ono nurut ajah. Beda sama anak aku, difoto syusyahnya Masya Allah, diajak
ke mana-mana kepo sana-sini. Kalau enggak nanya itu apaan, pasti dia lari
nyamperin dan mau cari tahu. Duh... meskipun usilnya Juna itu enggak sampai
ditegur orang, kadang tetap enggak enak sich sebagai orang tua.
Sebagai orang tua,
menasehati itu pasti. Kalau dia salah ya aku ajarin agar minta maaf. Kalau dia
usil di luar ya tetap mulut aku enggak diem dan aku ngikutin dia. Ngancam mama
nanti marah itu mah sering, aku pegang kupingnya (pegang ajah enggak jewer)
juga pernah. Kalau ujung-ujungnya nekat ya paling aku atau ayahnya sich bakal
ngegendong dia terus mengalihkan perhatiannya dia. Atau kalau enggak sich bakal
keluar jurus paling ampuh, mainan gadget.
Baca : Anak BalitaMain Gadget
Juna usil di luar?
Sering banget. Saat aku ajak kondangan, pas usianya antara setahun mpe dua
tahun, dia lagi seneng-senengnya jalan enggak mau duduk dan malah ngikutin sinden yang lagi nyanyi mah pernah. Tapi
teuteup, keluarga ngikutin dan dirasa anaknya ngeganggu enggak. Belum lama ini
makan di resto, makannya lesehan, ada anak yang usianya di bawahnya didudukin
orang tuanya di meja, Juna malah ikut-ikutan. Terus berdiri di atas meja kami,
ya di tegur. Aku sama ayahnya negur dan ngasih tahu, meja itu buat naruh
makanan. Udah mau turun dari meja, anaknya mau lari keluar resto, aku ancam
kalau mama enggak mau ngejar (biasanya kalau enggak dikejar anaknya mau balik)
eh malah lari keluar sampai ayahnya lompat pager padahal kakinya lagi sakit.
Yups, Juna lari keluar resto waktu itu. Aku sama ayahnya Cuma bisa minta maaf ke
orang sekitar yang ndilalah bawa
anak-anak dan bisa maklum, tapi tetap saja merasa enggak enak, meskipun enggak
sampai ditegur. Dan masih di waktu yang sama, si Juna digodain sama mbak waiters, eh malah ngajak ngobrol. #duhhh
Juna juga pernah lari
di mall dan langsung aku kejar. Dia larinya sich enggak sampai nabrak orang.
Aku ngejar langsung menggendongnya karena aku takut dia asal ambil barang dan naik
turun eskalator. Juna juga pernah diajak beli sandal ayahnya terus teria-teriak.
Tapi dia enggak teriak bekak-bekik
kalau orang Jawa bilang, dia lebih teriak ke, “Wow, Ayah keren!” (dengan logat ala-ala Tayo).
Juna itu kepo! Banget!
Di jalanan dia selalu
teriak, ada truklah, ada buslah, mobil banyak dan bla-bla. Atau kalau enggak
sich dia bakal nyanyi-nyanyi enggak jelas.
Di tempat yang baru,
dia juga suka kepo. Kekepoannya sich pasti dia bakalan nyamperin apa yang
menarik buatnya, kalau enggak tanya-tanya. Pernah juga sich ketemu anak kecil
dan disamperin. Diajak mainan. Nah, kalau ketemu anak-anak dan disamperin,
sebenarnya aku takut, takut kalau orang tuanya enggak suka atau apa. Aku sama
ayahnya sich teuteup, “maaf yah, anaknya
usil.” Meskipun sebenarnya Juna enggak maksud ngusilin tapi ngajak mainan.
Tapi ada loh, satu kejadian
yang sebenarnya kami sebagai orang tua enggak ditegur tapi dilihatin dengan
pandangan enggak enak. Waktu itu ke kondangan di tempat suami sepupu aku. Kami
sekeluarga disuruh jagong. Usianya
Juna waktu itu masih 2 tahunan. Awalnya sich anaknya mau duduk setelah makan snack, terus mainan, aku bawain gadget juga, tapi yang namanya
anak-anak, bosan itu pasti. Apalagi suasana kondangan itu kan gerah yah aka sumuk lalu bosan pengen ngajak keluar.
Disaat kebosanannya mencapai puncak, nih anak mainan kursi. Kursinya tuh kursi
plastik jadi enteng, diangkat dipindah. Aku dan keluarga pastinya negur, mohon
maaf ke kiri-kanan. Ada yang bilang, “biarin
ajah, kan masih kecil.”, “enggak apa-apa.” Tapi ada juga yang diam tapi
mandang kami dengan pandangan enggak suka. #duhhhh
Ketemu sama orang yang
enggak suka sama anak kecil, itu terkadang jadi
momok yang menakutkan bagi emak-emak muda macam aku. Enggak mau sakit
hati kalau ditegur, tapi kalau anaknya salah, ya gimana lagi? Kita enggak bisa
nyalahin orang lain. Sementara marahin anak? Bukan solusi. Toh menjinakkan anak
itu enggak mudah. Tapi ya tetep harus dijinakkan, pelan-pelan dan enggak bosan.
Dan ketika aku ngerasa
enggak siap ngajak Juna keluar, kalau ada yang momong dia di rumah, kadang aku
memang enggak ngajakin. Ke kondangan cuman berdua juga pernah, makan di luar
cuman berdua juga sering, apalagi kalau niatnya aku mau ngereview tuh tempat.
Terus ke acara blogger, aku juga enggak pernah ngajak Juna. Takut ngeganggu itu
pasti. Kalaupun ada acara dan Juna diajak, pasti dia jalan-jalan sama ayahnya. Nah,
keluar tanpa ngajak Juna ini jadi permasalahan baru. Nanggepin kata orang yang
asal menjudge.
Baca : Ke Event NgajakAnak?
Sering di tanya kok
anaknya enggak diajak atau dianggap egois itu sich pasti. Tapi kan balik lagi,
semua enggak harus dijelaskan ke orang-orang tentang kondisi kita. Kalaupun aku
sampai ngajak Juna ke ruang publik, aku kudu siap capek, siap mental kalau Juna
sulit dijinakin dan tentunya siap duit soalnya dia sudah mudheng jajan.
Dan biasanya yah, aku
juga lebih selektif milih tempat. Semisal makan di resto, aku bakalan lebih
condong ke resto yang ramah anak seperti tempat luas, ada baby chair atau ada area bermainnya.
Intinya sih gini, anak
aktif itu sebenarnya bisa dijinakin. Tapi kudu telaten, butuh perjuangan. Ada
benernya sich, anak dari kecil harus dinasehatin, telat mah kalau
dinasehatinnya sudah besar. Nasehatin anak sebenarnya enggak harus pakai marah,
tapi ya kudu sabar.
Aku sich bukan ibu
yang baik ataupun sempurna, aku baru jadi ibu muda yang baru punya anak satu
dan harus belajar dan belajar. Belajar enggak baper dan welcome sama kritik dan saran tentunya.
Anak aktif? Ya enggak
apa-apa. Mereka bereksplorasi? Ya monggo.
Anak aku juga aktif, tapi memang kadang sebagai makhluk sosial yang enggak
hidup sendirian itu kita punya batas. Nasehatin anak balita, why not?
Kesimpulannya : yah
aku Cuma curhat. Kalau ada yang mau ngasih saran bagaimana menjinakkan anak
aktif di ruang publik atau curhat juga soal anaknya yang aktif di ruang publik,
aku terima dengan lapang dada dan terima kasih sudah berbagi pengalaman.
4 Comments
Sepakat mb, aku juga punya anak usia 2,5 th dan aktip banget
ReplyDeleteaktip fisik dan juga ngocehnya, segala hal dibahas dan segala hal baru dicari tahu, tp emang kudu telaten dan mau capek ngomongin berkali kali agar jangan sampai tingkahnya mengganggu orang lain - menurut sy porsi dianggap mengganggu tiap org berbeda ,pernah ada org yang langsung menyingkir hanya karena anak saya ngoceh terus hehe.. kadang saya juga bersikap sedikit tegas kalau mulai terlihat sinyal akan bertingkah berlebihan. Alhamdullilah anaknya mau mendengar, salam kenal ya mba :)
Salam kenal juga Mbak...
Deletenah itu Mbak, kadang ngoceh ajah dianggap mengganggu, apalagi usil...
jadi ibu, kudu siap menghadapi hal serupaaa...heheh
Bisa, kadang Aim kalau lg aktif di ruang publik sebisa mungkin kubilangin dengan omongan berkali-kali. kalau sudah mentok bru kasih "ancaman" wekekekekek
ReplyDeleteheheh... Aim
DeleteAim mah juga aktif bangettt... emaknya kudu sabar dan telaten... tapi biasanya kalau sudah sekolah lebih gampang lagi dinasehatinnya Mbak...