Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2018

MENU PIRING GIZI SEIMBANG SO GOOD CHICKHEN NUGGET DINOBITES

MENU PIRING GIZI SEIMBANG SO GOOD CHICKHEN NUGGET DINOBITES “Juna, ayo makan...” “Enggak mau, Juna sudah kenyang!” Atau... Uhuk... uhuk... (pura-pura batuk) Akhirnyaaa... “Juna mau makan apa?” Tanya Mama dengan lembut. “Sama telor goleng...” Atau... “Juna mau ayam goleng!” *** Masa iya setiap hari makannya sama telur goreng atau ayam goreng terus? Sayurnya? Si Mamahpun akhirnya pusing. Enggak mau makan? Pusing! Mau makan? Itu lagi-itu lagi?! Pusing juga... Hingga akhirnya, weekend kemarin saya mencoba menu baru untuk Arjuna. Saya ke minimarket dan membeli So Good Chickhen Nugget Dinobites . Secara nih ya, Juna itu lagi suka banget sama dinosaurus. Nonton youtube pastinya nonton dinosaurus. Soal mainanpun juga, dia mulai mengoleksi dinosaurus. Dan tarrraaaaa... Sewaktu saya menggoreng nuggetnya, tuh anak sudah nanya-nanya. “ Mamah bikin apa?” Dengan rayuan Mamah, “Mamah goreng dinosaurus. Juna mau? Biar hebat

MAMA, JANGAN BIARKAN ANAK MAIN GADGET SENDIRIAN...

MAMA, JANGAN BIARKAN ANAK MAIN GADGET SENDIRIAN... Kemarin saya sempat membaca sebuah status dari seorang ibu yang katanya mules lantaran melihat seorang anak kecil melihat video porno di gadget yang dibawanya. Sementara sang ibu/pengasuhnya membiarkan saja. Lalu, beberapa grup membahas dan meng share nya videonya. Pelajaran yang diambil : 1.   Zaman now , seseorang apakah sudah hilang kepeduliannya? Kenapa malah divideoin dan di share di medsos ataupun aplikasi chatting ? Kenapa? Apakah mempermalukan itu menandakan kita ini juwara? Kita ini paling eksis? Apakah kita tidak memikirkan apa yang dialami sang anak dan sang ibu setelah video itu tersebar? Bagaimana kalau dibully? Memuaskan? Apalagi wajah anak dan ibu terpampang jelas tanpa diblur. Lah mbok ya o ... tidak usah divideoin. Alangkah lebih baik dan lebih manusiawi kalau diingatkan ibunya. Dibilangin pelan-pelan tanpa mempermalukan. Setidaknya, berfikir, bagaimana kalau hal tersebut terjadi pada kita ata

Memasukkan Unsur Alam Dengan Desain Biophilic

Memasukkan Unsur Alam Dengan Desain Biophilic Tahukah Moms , bahwa penempatan tanaman hijau di dalam ruangan, penggunaan unsur kayu, atau sirkulasi udara yang baik dalam suatu hunian atau perkantoran adalah beberapa contoh dari penerapan desain biophilic?   Apa itu desain biophilic? Mari simak penjelasan di bawah ini. Desain biophilic adalah salah satu jenis desain yang mengedepankan sentuhan natural atau unsur alam. Istilah biophilia atau cinta alam muncul sekitar tahun 1980 ketika urbanisasi desa ke kota meningkat drastis, sehingga banyak manusia yang hidup menjadi manusia modern dan melupakan alam. Untuk mengembalikan kedekatan hubungan manusia dengan alam, maka terciptalah desain arsitektur biophilic ini. Apa manfaat dari desain biophilic ini? Memasukkan unsur alam secara langsung maupun tak langsung, dapat mengurangi tekanan darah, menstabilkan detak jantung,   dapat mengurangi tingkat stress dan meningkatkan kenyamanan dan ketenangan diri. Selain it

ANAK AKTIF DI RUANG PUBLIK? BISA DIATASI KOK...

ANAK AKTIF DI RUANG PUBLIK? BISA DIATASI KOK... Hai hai Assalamualaikum emak-emak, boleh ya hari ini aku mau curhat plus menyampaikan pendapat. Hehe... ini sebenarnya draf lama pas timeline lagi rame soal statusnya Mbak Rembulan Indira soal anak yang aktif di ruang publik. Tapi... daripada mengendap di leptop, enggak apa-apa yah akhirnya aku publikasikan. Yah, sebagai emak-emak aku sich enggak bisa menyalahkan maupun membenarkan status sesembaknya. Aku baca berulang sampai aku paham maksudnya mbaknya sich yang sebenarnya baik, tapi yaa maaf, ada kata-kata embaknya yang agak menyinggung dan terkesan kalau ortu yang anaknya aktif di ruang publik kok kayak enggak bisa mendidik anaknya. Sempat kesal sich bacanya, tapi akhirnya matur thankyuuu sudah diingetin. Sebelum mrebet ke mana-mana, sebenarnya ruang publik itu apaan? Menurut wikipedia, ruang publik adalah Areal atau tempat dimana suatu masyarakat atau komunitas dapat berkumpul untuk meraih tujuan yang sama, s

CELOTEH ARJUNA (3)

CELOTEH ARJUNA (3) Haloha, Mamah kembali lagi mau nulis celotehnya Juna. Jangan bosan baca yah gaes ... heheh... Celoteh Juna lama-lama ada yang bikin geregetan juga ternyata. Tapi enggak apa-apa, tambah umur kan tambah akal, ye kan ? Iyain ajah... Celoteh 1 Hari Minggu kemarin, pagi-pagi si Ayah mau keluar rumah. Beli lauk kalau enggak salah. Ayah : “Juna, ikut Ayah yuk?” Juna : “Beli?” Nangkepnya langsung jajan yah? Soalnya hobi Juna kalau sama Ayahnya memang jajan. Hahaha.. Ayah : “Iya.” (asal jawab) Juna : “Es cim?” Ayah : “Iya.” (asal jawab lagi) Juna : “Iyes!” Dan emaknya tuing-tuing, ‘iyes’ dia dapat kata dari mana cobak? Karena biasanya Cuma yes enggak pakai i-yes dan itu artinya boleh, kalau enggak boleh ya no.. no.. no. Celoteh 2 Sekarang, Mamahya Juna agak pelit soal susu. Maunya sich biar Juna maemnya banyak. Apalagi kemarin si Mbak Bekti ngasih tahu, anak usia prasekolah (3 s.d 5 tahun) susunya dikurangin, biar banyak makan karena keba

BELAJAR MENGENAL WARNA A LA ARJUNA

BELAJAR MENGENAL WARNA A LA ARJUNA Sore itu, terdengar suara tulit-tulit dari Abang penjual cimol. Ada anak tetangga yang beli dan kebetulan berhenti tepat di depan rumah. Arjuna yang enggak doyan cimolpun ikutan beli, padahal Mamah sudah melarangnya. Tapi, si anak terlanjur bilang : “beli...” kemudian lari menghampiri Abang penjual cimol. Saat itu hujan gerimis kecil-kecil. Si Abang penjual cimol pakai payung, agak besar dan warna-warni. Juna : “Mamah, ini ijo, ini kuning, merah, biru...” Sambil menunjuk setiap warnanya dan benar... Abang penjual cimol : “Pinternya...” Dan Mamahnya Juna berasa bangga gituh... whahaha... #EmakSombong *** Untuk sebagian orang tua, anak usia 3 tahun sudah mengenal warna itu sudah biasa, wajar. Etapi, ternyata ada juga anak usia 3 tahun yang belum mampu membedakan warna. Saya jadi ingat sama curhatan salah seorang teman pada saya. Dia curhat tentang keponakannya. Sebut saja si X. Saat dia curhat, si X sudah berus