Skip to main content

MENJADI TEMAN DAN GURU YANG ASYIK BUAT ANAK SELAMA PANDEMI

 MENJADI TEMAN DAN GURU YANG ASYIK BUAT ANAK SELAMA PANDEMI

 

Pandemi telah merubah semuanya. Apalagi untuk anak-anak sekolah. Nyaris 1,5 tahun sekolah cukup dari rumah. Ke sekolah hanya mengambil ataupun mengumpulkan tugas. Dan guru menerangkan materi dengan keterbatasan lewat aplikasi. Banyak siswa yang kurang memahami materi. Dan daring juga tidak cukup efektif apalagi untuk anak-anak yang tinggal di pedesaan. Ada keterbatasan internet maupun perangkat.

 


Nah, sebagai seorang ibu, pandemi adalah tantangan. Apalagi kondisi saat ini, kasus covid semakin banyak, bahkan orang-orang sekitarpun banyak yang terpapar. Saya juga semakin protektif terhadap keluarga. Kalau semester kemarin sudah mengizinkan anak masuk sekolah tatap muka selama 2 jam dan mengizinkan dia barang sebentar main dengan teman-temannya di rumah, kini tidak lagi. Saya memilih sekolah  full daring, menemani Juna belajar di rumah dan juga mempelajari mata pelajaran Juna agar saya bisa menerangkan materinya. Saya juga melarang Juna main bersama teman-temannya dan saya berusaha menjadi teman buat Juna. Menemaninya main lego, mabar game online dan yang lainnya.

 

Baca : Siap PJJ Selama Pandemi

 

Menjadi guru sekaligus teman buat anak itu bukanlah hal yang mudah. Apalagi kalau Juna sudah mulai malas belajar dan kebanyakan main, sempat ngomel-ngomel itu pasti. Alhasil saya dan Juna sama-sama bad mood. Belajar kacau dan main juga kacau. Juna lebih asyik sama smartphonenya ketimbang sama mamanya. Dan sebagai seorang mama, hal seperti itu tidak bisa saya biarkan. Apalagi kalau sudah masuk sekolah seperti saat ini, wah Juna enggak boleh seenaknya lagi.

 

Saya mikir, hmm kira-kira gimana ya jadi guru sekaligus teman yang asyik buat Juna? Bagaimana yah caranya agar Juna yang bosenan itu enggak bosen 24 jam sama mamanya? Bagaimana yah caranya agar Juna mau rajin belajar tanpa mama ngomel-ngomel. Saya sampai browsing soal dunia parenting hingga curhat sama teman yang juga seorang ibu. Hingga berikut adalah beberapa hal yang saya terapkan selama di rumah saja menjadi guru dan teman yang asyik buat Juna.

1.      Tidak saklek

Kalau mau jadi teman yang asyik buat anak, jangan saklek. Anak-anak biasanya malas sama orang saklek. Biar Juna senang dengan mamanya dan enggak malas belajar, saya berusaha enggak saklek sama Juna. Biasanya saya mengajak Juna belajar dengan melihat moodnya. Kalau moodnya kurang baik, saya harus berusaha sabar dan memberikannya waktu untuk mengembalikan moodnya. Biasanya sih dia main sebentar, mood sudah balik lagi. Nah, kalau mood Juna udah baik, saya bisa mengajaknya belajar tanpa memaksa dan saya juga menasehatinya dan dia mau mendengarkannya.

 


Jadi, saya biasanya memberi waktu buat Juna main, lalu belajar, kalau capek main lagi, terus belajar lagi. Apalagi belajarnya Juna tidak sekedar belajar membaca ataupun calistung, tapi juga mengaji dan juga hafalan surat-surat pendek.

 

2.      Belajar yang asyik dan tidak membosankan

Sebagai mama sekaligus ´guru´nya Juna selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), tugas saya semakin bertambah. Kalau dulu hanya menemani Juna mengerjakan tugas, tapi kini ya menerangkan materi, ya memberi Juna tugas seperti di sekolah serta menemani Juna mengerjakan tugas dari sekolah juga.

 

Sebagai ´guru´, saya memikirkan bagaimana sih menciptakan pembelajaran yang asyik buat Juna agar anaknya tidak bosan dan mampu memahami? Biasanya saya mengajari Juna melalui apa yang Juna suka.

 


Seperti belajar membaca, saya tidak selalu mengajari Juna membaca dengan buku. Tapi terkadang saya juga menulis di papan tulis Juna lalu dia membacanya, terkadang juga mengajaknya belajar membaca dengan kartu kata, dan pernah juga menulis di kartu post it dan menempelnya di dinding. Cara itu saya dapatkan ketika melihat postingan Mami Gesi mengajari Aiden membaca.

 

Hasilnya sekarang? Alhamdulillah membacanya Juna jadi lebih lancar. Yang awalnya saya berniat untuk memasukkan Juna les, kini sudah tidak lagi. Mama pasti bisa kok jadi guru buat Juna.

 

3.      Menjadi pendengar yang baik untuk anak

Pernah enggak, anak bercerita tapi kita tidak mendengarkannya? Anak ngoceh, tapi kita fokus sama hal lain dan jawabnya iya-iya saja? Kalau saya sih jujur saja pernah. Apalagi dulu sewaktu kerja, jarang banget fokus lantaran saking banyaknya pekerjaaan.

 

Endingnya? Juna kalau mamanya menasehatinya kadang juga enggan mendengarkan. Bahkan dipanggil juga malas menjawab. Kesal itu pasti. Tapi intriopeksi juga, anak itu peniru yang ulung. Kalau seperti itu, siapa yang dia tiru?

 

Makanya, menjadi pendengar yang baik buat anak itu perlu. Dulu sewaktu Juna masih masuk sekolah, setiap pulang sekolah pasti saya bertanya : tadi di sekolah ngapain aja? Belajar apa? Main apa? Makan apa?

 

Sebelum tidurpun selain mendongeng, kadang juga tanya jawab, seharian ngapain saja. Mendengarkan cerita Juna tanpa saya sambil ngapa-ngapain. Tanya jawab pula, Juna suka apa, pengen jadi apa. Atau mendengarkan Juna menceritakan kembali tentang kartun yang ditontonnya di Tv, kadang Juna juga cerita tentang tokoh game yang sebenarnya saya enggak tahu tapi akhirnya saya cari tahu agar kalau Juna cerita ya saya nyambung.

 

Baca : Membaca Menyenangkan Dengan  Aplikasi Let´s Read

 

4.      Memberikan anak kesempatan untuk memilih

Sebagai orang tua, pasti pernah kan memaksakan sesuatu ke anak?  Menganggap bahwa keputusan orang tua itu paling benar. Padahal, pola asuh seperti ini enggak bagus dan yang ada anak malah kesal sama orang tuanya.

 

Belajar dari apa yang terjadi pada diri saya yang orang tua sering sekali ´memaksakan‘ keputusannya dan saya harus mengikutinya, saya tidak akan melakukan hal yang sama ke Juna. Tapi bukan berarti juga membebaskan Juna. Saya hanya memberi kesempatan Juna buat memilih apa yang dia inginkan dengan menimbang baik-buruknya juga.

 

5.      Menghormati keputusan anak

Memberi Juna kesempatan memilih apa yang dia sukai dan apa yang dia inginkan, artinya saya juga harus menghormati keputusannya. Seperti contohnya, Juna pengen main dulu baru belajar, yasudah mama izinin tapi dengan janji setelah main harus belajar. Atau ada keinginan lain Juna, Juna maunya belajar Matematika dulu baru belajar membaca dan menulis, yasudah enggak apa-apa yang penting Juna tetap belajar.

 

6.      Tidak hanya menyuruh, tapi juga memberi contoh

„Jun, ayo sholat!“

„Jun, ayo ngaji!“

„Jun, ayo belajar!“

„Jun.... ayo.... ayo...!“

 

Kadang kalau orang tua hanya menyuruh tanpa memberi contoh, yang ada anak hanya akan menyepelekan atau malah memutar balikkan perintah. Dan ini terjadi sama saya dan Juna, kalau saya suruh sudah main smartphone tapi saya masih pegang smartphone ya dia bakalan protes. Kalau saya suruh belajar tapi saya tidak menemaninya belajar ya dia protes. Ada beberapa hal yang saya tidak bisa menyuruhnya saja tapi juga memberi contoh, seperti sikat gigi sebelum tidur, berhenti main smartphone, waktunya sholat dan ngaji, bangun tidur selimut dilipat dan beberapa hal lainnya.

 


7.      Disiplin

Meskipun saya memberi kebebasan buat Juna mengambil keputusan lagi kepengen ini-itu, begini-begitu, tapi saya juga menerapkan kedisiplinan buat Juna. Rumah harus punya aturan agar Juna juga tidak seenaknya sendiri. Biasanya sih aturannya main smartphone setelah belajar dan ngaji, sehabis main harus dibereskan, waktunya sholat ya sholat tidak boleh ditawar, dan selama pandemi ini aturan tentang prokes juga tidak boleh ditawar.

 

Berbicara soal parenting memang akan sangat panjang. Setiap orang tua punya gaya parentingnya sendiri dan pastinya ingin yang terbaik buat anaknya. Bagi Juna, saya bisa dibilang seorang mama yang ribet karena kalau dia main pasti mamanya akan mencarinya, mamanya juga banyak tanya Juna main apa saja dan siapa saja. Dulu Juna sempat kesal dan membandingkan saya dengan ibunya temannya yang tidak pernah mencari temannya kalau main, tidak menyuruh temannya itu belajar. Hal yang bisa saya katakan ke Juna waktu itu hanya karena mama sayang sama Juna, mama peduli dengan Juna meskipun Juna langsung tanya: „Berarti mamanya itu enggak sayang ya sama itu...“ hehehe... PR lagi saya jelaskan, cara menunjukkan sayangnya ibu ke anak-anaknya berbeda-beda.

 

Selain itu, biar Juna enggak bosan sama saya, karena ngapain saja kok sama mamanya? Berbagi tugas dengan ayahnya soal mengasuh Juna itu penting banget! Kalau weekend pas ayahnya libur kerja, hampir 24 jam Juna sama ayahnya, mulai dari belajar, bermain, mandi sampai dengan makan. Buat saya, hal ini bukan hanya membuat Juna enggak bosan sama saya, tapi membangun kedekatan antara anak dan ayah itu sangatlah penting.

 


Oh ya, kalau mau membaca-baca soal parenting tapi malas beli buku atau uangnya kok sayang yah buat beli buku soalnya pandemi begini banyak kebutuhan tapi pemasukan sedikit, sekarang ini bisa kok baca-baca di web seperti di ibupedia. Di ibupedia.com itu banyak sekali artikel-artikel yang membahas soal parenting, kehamilan sampai dengan rumah tangga. Saya tahu apa sih pola asuh yes parenting itu? Apa sih gaya helicopter parenting itu? Apa sih attachment parenting itu? Dan banyak sekali pembahasan lain tentang parenting yang dibahas di ibupedia.

 

Buat mama-mama semua, semangat yuk! Pandemi seperti ini tugas kita banyak, apalagi hari ini sudah mulai masuk sekolah dan sekolahnya daring, harus waras selalu dan stok sabarnya harus banyak.

 

Oh ya mama-mama semua punya cerita apa tentang gapa parentingnya selama pandemi ini? Cerita yuk...

 

 

 

Comments