Skip to main content

ARISAN? YAY OR NAY?

ARISAN? YAY OR NAY?

#KEBCollaborativeBlogging episode 3 dengan tema keuangan keluarga/perempuan, oleh Mak Lisdha Daniati yang berjudul “Arisan Perekat Silahturahmi?”.

Ngomongin soal keuangan keluarga dan arisan, aku punya cerita sendiri. Hmm... Soal keuangan keluarga, aku mungkin belum bisa manager keuangan yang baik buat keluarga. Iya, lah gimana enggak kalau akunya masih gampang banget tergoda buat belanja-belanji ‘sesuatu’ yang enggak penting dan selalu diaamiinkan Pak Suami karena kepengen lihat isterinya senyum. Wkwkwkw... #JanganDitiru



Sebelum aku ngebahas soal arisan, aku mau sedikit cerita soal keuangan keluarga.

Memulai biduk rumah tangga dari 0, di mana gaji suami benar-benar limit banget dan aku masih kuliah. Beberapa minggu setelah menikah, Alhamdulillah dapat pekerjaan. Waktu itu aku masih kuliah semester 6. Dan percaya banget, ada rejeki setelah menikah. Gaji yang kalau aku pikir Cuma habis setengah bulan, ternyata bisa menghidupi kami hingga saat ini. Jangan ditanya bagaimana manajemennya, yang jelas selalu ada saja rejeki. Alhamdulillah, bisa jajan juga sich. Hahaha... Pokoknya, ada saja rejekinya.

Hingga 6 bulan kemudian aku hamil, rejekipun kembali datang dari arah yang tak pernah disangka. Pun sampai aku melahirkan dan punya anak.

5 tahun menjalani niduk rumah tangga, kalau aku pikir sih keuangan keluarga selalu saja ada. Entah dari arah yang tak pernah aku sangka. Meski dalam waktu 5 tahun itu kami jalani dengan canda tawa penuh cerita. Lah gimana, ada masa di mana aku dan suami pernah makan sepiring berdua, ada masa pas aku beli gincu 200 ribu dijabanin, tapi ada pula masa di mana pengen bedakan 30 ribu saja berat di sufor dan diapers.


Tapi...

Entah dalam titik keuangan 0 ataupun lebih, Alhamdulillah kami selalu bersama. Alhamdulillah kami bisa melewati semuanya. Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu keuangan keluarga juga semakin membaik. Mikirin keuangan untuk masa depan? Alhamdulillah, dipermudah.

Makanya, aku tuh yakin banget, nikah itu ada rejekinya. Kalaupun siap dan berani nikah diusia muda yang saat itu belum mapan, kalau dijalani sungguh-sungguh dan penuh keyakinan, ya ada saja jalannya.

Sementara soal arisan?

Arisan adalah. kelompok orang yang mengumpul uang secara teratur pada tiap-tiap periode tertentu. ... Di Indonesia, dalam budaya arisan, setiap kali salah satu anggota memenangkan uang pada pengundian, pemenang tersebut memiliki kewajiban untuk menggelar pertemuan pada periode berikutnya arisan akan diadakan. Wikipedia.

Ditanya ada berapa arisan yang aku ikuti? Aku Cuma ikut dua arisan doang, itupun arisan hafidz doll di mana arisannya secara online. Ikut tuh arisan karena niatnya mau beliin mainan edukasi buat anak tapi enggak memberatkan. Lah tuh mainan dan duitnya enggak sedikit—buat aku. Sementara kalau nabung kok kayaknya juga berat karena pasti bakal mudah kepincut mainan lainnya. Makanya, aku lurusin niat dengan cara ikut arisan. Hehehe...

Arisan satunya yang aku ikutin ya arisan ilmu dari KEB. Arisan yang buat aku manfaat banget. Karena ikut Arisan Ilmu KEB (yang tahun ini aku malah absen melulu), aku jadi tambah teman dan tambah ilmu. Dan ikut arisan ilmu ini sih bisa juga jadi ajang me time. Ketemu teman-teman dan foto-foto. Jadi aku kan kelihatan banyak temannya... hahaha... LOL

Arisan hafidz doll sama arisan ilmu KEB ini beda yah sama arisan yang sesungguhnya. Yang seperti diucapkan eh ditulis di wikipedia. Atau kalau di tempat saya mah namanya kopyokan.

Sampai saat ini aku belum tertarik ikut arisan. Sementara untuk  arisan keluarga? Ndilalah dari pihak ibuku, bapakku dan mertuaku enggak ada yang namanya arisan keluarga. Padahal pengen banget, tapi masih pada syulit diajak arisan keluarga. Yasudahlah...

Hmm... pernah ikut arisan, itupun arisan karang taruna yang isinya pemudi setempat. Sebenarnya sih semacam kumpulan begitu, tapi ada kopyokannya, jadi malah kayak arisan. Etapi... setelah menikah, aku memilih keluar. Jadi... saat ini belum ada arisan yang aku ikutin.

Alesan kenapa aku belum ikut arisan sampai saat ini sih simpel, belum ada yang sreg di hati. Tahu sendirilah arisan zaman now, macam girls squad yang kalau ngadain arisan pakai dresscode, terus diadain di hotel atau cafe mehong, sudah gitu ntar pamer tas, sepatu, dan ditambah lagi ntar pasti pada pamer kehidupan sosialnya macam gaji suami, sekolah anak, gaya hidu, dan ujung-ujungnya ghibahin mertua sama ipar. Duh...

Aku sich yay yah kalau arisan itu bisa mempererat tali silahturahmi. Tapi aku nay kalau arisannya jadi ajang pamer dan ajang ngeghibah doang.

Aku yang hidup di desa, sejauh ini arisan di lingkungan tempat aku tinggal memang bukan tempat ajang pamer. Tapi... aku memang belum ikut lantaran yang ikut itu kebanyakan ibu-ibu senior—sepuh.

Kalau di tempat aku kerja, ya memang enggak ada arisan. Terus kalau sama teman-teman? Teman apa yah? Teman blogger sudah arisan ilmu, sih. Kalau geng ala-ala terus ngadain arisan? Enggak ada! Eh, belum ada mungkin. Sahabat sih ada tapi kalau yang ngadain arisan, sejauh ini mah belum. Heheh...

Tapi enggak tahu juga, kalau nanti anak aku sudah sekolah terus ada arisan dengan wali murid. Tapi seenggaknya, aku kepengennya kalau ada arisan itu yang bermanfaatlah. Benar-benar untuk mempererat tali silahturahmi, yang enggak jadi tempat ajang pamer ataupun ajang ghibah. Syukur-syukur nih, arisannya itu berfaedah. Ngadain baksos atau apalah yang kegiatannya positif.

Jadi, buat aku... ikut arisan itu? Bisa jadi yay bisa jadi nay. Tergantung...

Kalau buat emak-emak lainnya gimana? Share juga yuk J


Comments

  1. Saya pengin lho mbak ikut arisan ilmu keb. Tapi belum kesampaian huhuhu. Eh di medan ada ga sih? Tiap baca, arisan ilmu keb lokasinya di jawa mulu

    ReplyDelete
  2. Arisan ilmu KEB, mau ikutan tapi jauh.
    Tapi apapun itu asalkan untuk kebaikan silaturahmi, tambah ilmu..

    Menurutku Yay aja sih..

    ReplyDelete

Post a Comment