CINTA DAN LOGIKA, KARENA JODOH ADALAH MISTERI
Kalau mencintai itu jangan diberi janji, apalagi ditiduri
Tapi... dinikahi
**
CINTA DAN LOGIKA, KARENA JODOH ADALAH MISTERI. Bicara soal jodoh, jodoh adalah misteri. Yups,
misteri. Seperti kematian yang tidak tahu kapan datangnya. Pun dengan jodoh,
meski bertahun-tahun bersama tapi bisa jadi jodohnya adalah seseorang yang baru
sehari kenal.
Para blogger tentunya sudah sering banget
membaca kisah Mami Gesi (Mami Ubi) yang sama sekali enggak pacaran sama Papi
Adit, kan? Mungkin memang begitulah jodoh. Pun saya juga mau sedikit bercerita,
sepupu saya pernah punya pacar dan pacarannya semenjak dia masih duduk di
bangku SMP sampai lulus SMK (kurang lebih 4 tahun), tapi apa ya jadi nikah?
Enggak tuh, malah nikahnya sama seseorang yang baru sebulan dikenalnnya.
Maka dari itu, pacar itu bukan jaminan
jodoh. Karena bisa jadi pacar kita adalah jodoh seseorang yang Tuhan pinjamkan
ke kita. *tsahhh...
bahasanya, sebenarnya mau bahas apose sich kok muter-muter?
Yang mau saya bahas sebenarnya sich ya
yang lagi ngehits di timeline facebook saya. Dan tumben saja sih, saya baru baca
postingan soal topik ini di blog Mak Windi Teguh doang. Beda saja sama topik
#yuknikahmuda dulu, hehehe. Iya, soal nikah. Dan sudah pada bisa nebak, pasti
kasusnya #selmahaqyjourney #selmahaqywedding. Hahaha... emang iya. Etapi saya
enggak mau nyinyir sich, Cuma mau berpendapat. Lol...
Baca : Nikah Muda?
Sebenarnya topik #selmahaqyjourney
#selmahaqywedding ini udah memenuhi timeline facebook saya beberapa hari yang lalu sich. Dan
sebelum topik #selmahaqyjourney #selmahaqywedding ini rame di timeline facebook saya, ada loh postingan soal sepasang kekasih
yang 6 tahun pacaran dan LDR-an terus si cowok malah nikah sama cewek lain.
Menurut saya, #selmahaqyjourney
#selmahaqywedding dan kisah tuh cowok 6 tahun LDR ini memang suatu hal yang
biasa sich. Pemirsa semua pasti juga masih ingat soal seorang gadis yang
ditinggal nikah kekasihnya gegara uang panaik itu, kan? Padahal bertahun pacaran.
Dan menurut saya? Ya begitulah jodoh, misteri.
Di sini saya enggak mau nyinyir kok,
etapi saya mau ngaca juga sama diri sendiri. So,
maaf yah kalau postingan ini lagi dan lagi mengandung curhat. Karena memang
gegara ada curhatannya itu saya semangat mau nulis. Wkwkwkw...
**
#selmahaqyjourney #selmahaqywedding
Pernah enggak sih saya dalam posisi
seorang Selma? Punya pacar tapi tiba-tiba dilamar seseorang? Jawaban saya,
PERNAH!
Sebenarnya kisah ini sudah lumayan
sering yah masuk dalam beberapa postingan saya, tapi enggak ada salahnya kan
kalau saya tulis lagi. Hehehe...
Yups, saya ingat betul sewaktu lulus SMA
saya dihianatin Mas Pacar sama sahabat saya sendiri. Terus ada seorang cowok
namanya Mr. Y yang memang dari dulu sebenarnya sudah kenal sich ya, deket sama
saya. Iya, kami deket. Saya sering curhat sama dia. Begonya saya sich Cuma
menganggap dia sebagai seorang kakak doang.
Saya sich sering banget ngeledekin dia,
soalnya mantannya itu ternyata kakak kelas saya yang pernah musuhan sama saya
dkk. Dan yang di dunia nyata sudah kenal saya, sifat ceplas-ceplos saya, lah
kok PD banget saya itu ngomentarin tentang mantannya Mr. Y ini. Hahaha... waktu
itu memang saya masa bodo.
Ledekan saya sich enggak sebatas karena
mantanyta itu musuh SMP saya dkk, melainkan nada sambungnya itu loh, kok lagu
PUSPA milik ST12?
Jangan-jangan kau menolak cintaku
Jangan-jangan kau ragukan hatiku
Ku kan slalu setia menunggu
untuk jadi pacarmu
oh.....oh.......
Jangan-jangan kau tak terima cintaku
Jangan-jangan kau hiraukan pacarmu
Putuskanlah saja pacarmu
Lalu bilang I Love You... padaku
Byar... buat sapose tuh lagu? Iya saya ledekin, ciye yang suka sama pacarnya orang? Dan tahukah pemirsa,
siapa yang dimaksud? SAYA!
Okey. Posisi patah hati, dihianatin
padahal saya masih cinta... cinta monyet sich. Terus tahu-tahu denger dia
nikah. Okeylah... hancur dong berkeping-keping, sempat nangis bombay lebay
badai, tapi akhirnya yasudahlah. Fokus sama pengobatan dan niatan kuliah.
Lagian ada Mr. Y yang notabenenya ganteng (pada waktu itu karena dia berkulit putih
dan kata temen-temen SMA saya ya emang ganteng sich, hahahaha).
Hmm... kebiasaan saya itu kan manja.
Mungkin dianya cinta sama saya, saya ajak ini ini nyururh ini itu mau saja.
Hahaha... kalau inget, saya beneran berasa berdosa suka manfaatin para
cowok-cowok yang enggak tahu kenapa gampang banget saya suruh ono-ini.
Mungkin memang saatnya saya membuka
hati. Okelah kita deket. Kita bisa dibilang pacaran. Etapi... Januari 2009 ada
Mr. X yang melamar saya. Saya enggak mau muna, dia kaya, dia sok alim, tapi
maaf saya enggak suka caranya.
Setiap lelaki berhak melamar perempuan pilihannya
Tapi perempuan juga punya hak untuk menolak
Kalau setiap lelaki berhak melamar, saya
sebagai perempuan berhak menolak dong? Tapi apalah daya, dia memaksa padahal
kenal juga belum. Beda dong sama kasus #selmahaqyjourney #selmahaqywedding yang
Selma dan Haqy memang sudah kenal duluan, Haqy melamar sendiri dulu baru ajak
orang tuanya. Sementara Mr. X? Orang tua langsung datang meminta. Saya tolak
kok malah maksa segera dilangsungkan pernikahan? Padahal saya pacaran sama Mr.
Y itu kan Cuma pengisi masa muda dan niatnya kuliah? Nah kalau saya nikah?
Okey sich, menikah itu memang bukan satu
penghalang untuk berhenti meraih mimpi. Buktinya, meski saya sudah nikah toh
saya masih bisa kuliah, bisa kerja, bisa dolan,
bisa ngumpul bareng blogger, dan bla-bla. Iya bisa, karena saya nikahnya sama
Pak Wendi. Nah semisal kala itu saya nikah sama Mr. X? NO! Saya tidak akan
mendapatkan apa yang saya dapatkan sekarang ini. Saya tahu bagaimana keluarga
Mr. X. Saya enggak mungkin bisa meraih mimpi saya. Dan minggat adalah jalan
pintas yang saya ambil. Meskipun siang minggatnya, magribnya udah ditemuin sih.
Sehabis kejadian minggat, okey,
perjodohan bisa dibilang batal meskipun nyatanya Mr. X koar-koar kalau saya mau
nikah sama dia. Terus gimana dengan kisah cinta saya sama Mr. X?
Saya sendiri enggak tahu apakah beneran
cinta sama dia, atau ada ‘sesuatu’ yang dia kirim ke saya. Temannya sendiri loh
ngaku ‘dukun’nya mana saja. Dan yang lebih menyakitkan itu, ternyata Mr. X dan
Mr. Y memang semacam ada persaingan gitu. Oh ya, saya direbutin dan siapa yang
menang dapat saya? Memangnya saya piala? Iya piala buat Pak Wendi... LOL...
Itu kisah saya, beda kasus kan sama
kisah #selmahaqyjourney #selmahaqywedding? Mirip sich sebenarnya kalau saya
pikir. Wong Haqy melamar Selma saat Selma menjalin LDR sama
seseorang. Dan saya dilamar Mr. X saat saya pacaran sama Mr. Y, etapi ya
gitu... enggak ada yang nikah sama saya. Whahaha...
Di sini nih, ada yang nyinyir, ada yang
menghujat, tapi ada pula yang memuji. Kalau saya sich, NO COMENT. Selain jodoh
itu misteri, hidup itu adalah pilihan. Dan saya sich setuju sama apa yang
dikatakan Selma, PEREMPUAN ITU BUTUH KEPASTIAN. Sapose sich yang mau digantung? Emang jemuran apa?
Suatu hubungan, apalagi pacaran diusia
yang dewasa, ngarah ke pernikahan itu pasti. Sayapun juga begitu kok. Sewaktu
kejadian saya jadi piala itu, saya emang enggak pernah pacar. Dideketin A, B,
C, D... sich iya, sayangnya belum ada yang bisa serius, so Cuma
TTM ajah sich kalau saya bilang.
Kisah #selmahaqyjourney
#selmahaqywedding mungkin ada yang membenarkan tapi ada pula yang menyalahkan. Keren, cinta langsung dilamar enggak pakai dipacarin. Duh,
melamar pacar orang. Bla-bla... pro kontra itu selalu ada. Dan memang begitulah
hidup, apa yang kita lakuin emang ada pro kontranya.
Terus yang bikin saya agak risih itu
sebenarnya tentang keluaga Haqy. Yups, kebanyakan sich nyinyir kalau Selma
menerima Haqy karena keluarga. maybe
Yes maybe No! Yang ini NO COMENT.
Sebagai seorang emak-emak, kehidupan
setelah nikah memang penting. Enggak ada salahnya kok kalau perempuan memilih
yang mapan. Kembali ajah ke individu. Wong faktanya
kehidupan setelah nikah itu enggak kenyang makan cinta. Iya, saya bisa bilang
gini karena saya seorang isteri sekaligus seorang ibu yang sudah merasakan
gimana pentingnya materi dalam sebuah keluarga. Yah, meskipun saya sendiri
sadar kalau pernikahan saya dan Pak Wendi itu berdasarkan cinta. Saya ini
perempuan yang enggak bisa menjalin hubungan tanpa cinta. Jangankan nikah,
pacaran ajah kalau enggak cinta sayanya ogah. Mending dikatain enggak laku
daripada pacaran Cuma biar dibilang keren. Lagian nih, kalau Pak Wendi kaya bin
mapan, nikahnya “MUNGKIN” juga bukan sama saya. Hahaha... LOL
Saya sich enggak nyalahin kok soal
#selmahaqyjourney #selmahaqywedding, toh itu sudah jadi pilihan mereka. Dan
kalau memang begitu jalan perjodohannya, ya sudahlah. Meskipun mungkin akan ada
selipan-selipan rasa bersalah. Soalnya jalan jodoh saya sama Pak Wendi kayaknya
juga melukai (Ada yang terluka).
**
Ketika saya dicap sebagai perebut kekasih orang,
Dia yang mengejar saya, tapi saya yang dikatakan perebut...
Semenjak tragedi Mr. Y dan Mr. X, saya
adalah jomblo. Sampai Mas Kantin kampus nanya, saya normal enggak? Temen-temen
saya punya pacar tapi kok saya enggak? Laku enggak? Perlu dicarikan?
Nyengir dong sayanya. Masnya ajah yang
kagak tahu, saya deket sama A, B, C, D... bukannya playgirl loh, saya kan jomblo, mau deket, mau akrab sama siapa
saja okey dong? Yang penting bukan pacar orang. Iya bukan pacar orang dan yang
deket sama saya memang jomblo. Ada yang sampai nembak loh tapi saya tolak terus
ketemu saya ogah nanya (Pak Wendi tahu siapa dia... hahaha). Ada juga tuh saya
disebut racun dunia yang merusak persahabatan dua orang cowok?
Dan kalau boleh jujur nih, enggak pernah
terbesit dalam pikiran saya kalau saya kenal dengan yang namanya WENDI PRASETYO
AJI, apalagi sampai pacaran terus nikah. Sama sekali enggak pernah mikir
sebelumnya. Dari anak-anak kelasnya Pak Wendi, saya Cuma tahu A*** yang punya
motor Ninja, D***** yang kata temen-temen saya (cewek) ganteng dan J*** yang
rumahnya daerah Selo.
Pernah sich dapat SMS dari Pak Wendi,
iya SMS tugas matkul Agama, soalnya pas matkul Agama itu kami sekelas. Yaudah,
makasih. Dia ngenalin kalau namanya Wendi. Diiyain saja dan saya yang bego, Wendi itu yang mana sich? Beneran loh, sudah SMS-an
pakai makasih tapi enggak tahu orangnya. Sampai akhirnya dikasih tahu temen
saya itu tuh yang namanya Wendi, dia anak yang paling pinter. Oohhh, sambil
mikir, berarti bisa dong minta dibantuin ngerjain tugas? *sifat memanfaatkannya
kembali!
Sudah kenal dan tahu si Wendi, sering
SMS tapi buat nantangin futsal temen-temen cowok. Dikasih nomernya temen cowok
tetap ajah saya yang dihubungin. Duh... Okeylah. Ke sini ke sini, makin
nyambung. Dia suka tuh bikin puisi, suka tuh dengerin radio dan saya kan Miss
Facebook nih, dia buat akun facebook terus berteman dan saling koment.
Hahaha... Tapi, denger-denger dia sudah punya pacar. Oohhh juga dong, wong saya enggak ada maksud deket dalam artian temen deket,
temen biasa doang. Saya malah minta dikenalin ke ceweknya loh, suerrrr! Iya,
soalnya dia lebay banget tuh muji-muji ceweknya, saya enggak bohong! Sok kirim
salam lewat radio, ya saya kirim salam juga dong buat cowok yang deket sama
saya dan yang paling saya “ngehin”. Terus-terus, saya kan jaga jarak dong sama
pacar orang, enggak sedeket kayak sama A, B, C, D... eh dibilangnya karena
Wendi enggak kaya saya enggak mau temenan. Duh... itu adalah pemikiran yang
paling bikin saya ilfeel. Saya bukan cewek kayak gitu. Temen cewek-cowok, kaya
miskin, don’t
worry!
Okelah tetep SMS-an. Dia curhat
ngebanggain ceweknya setinggi langit. Yaudah saya dengerin. Dia nanya, saya
deket sama A, B, C, D... tapi maunya sich saya enggak mau pacaran, maunya yang
seriusan, tapi di antara mereka kayaknya enggak ada. Iya, ada yang ngira saya
pacaran sama si A juga, padahal aslinya saya jomblo. Emang dia udah kayak
pacar, ngejagain, suka nasehatin, tapi temen kok, iya temen. Terus saya curhat
juga kalau ada kakak kelas habis nembak saya. Curhat juga saya dicemburuin sama
mbak fakultas ini gegara saya dan temen-temen habis ketawa bareng sama
pacarnya, dikiranya saya naksir sama pacaranya padahal enggak (Maria tahu siapa
dia, hahaha). Pokoknya saya malah curhat gimana nelangsanya jadi jomblo yang malah
pada disalahartikan alias ada yang nyemburuin gitu.
Terus-terus, yaudah kita pura-pura pacaran? Ide darinya yang paling konyol—menurut saya.
Melotot kaget dong yah? Gila! Dia pacar
orang gitu. Tapi dengan alasan menyelamatkan status jomblo biar enggak
disalahartikan. Biar saya aman enggak dideketin ini-ono. Tapi... saat nolak, again tuh kata-kata yag bikin saya ilfeel dikeluarin, apa karena Wendi enggak kaya?
Sederet perjanjian, saya kasih ke dia.
PURA-PURA! Saya enggak bisa jalan sama pacar orang, saya enggak bisa! Awas juga
sampai colek-mencolek, pokoknya enggak ada tuh kencan-kencanan. Terserah dech lo mau bilang gue
ini pacar lo, bodo amat. Pikir
saya waktu itu.
Hingga suatu ketika pernah tuh suatu
ketika saya main facebook sama temen SMA saya (cowok). Saya sama dia sih temen
baik, tapi ya sebatas temen. Sebagai perempuan enggak muna, dia cakep kayak
IRWANSYAH, beneran dech. Dia bikin status down bangetlah
menurut saya karena dia juga bukan orang berada. Saya ngasih semangat dong, kan
temen ya wajar, saya bilang ganteng, pokoknya semangat banget, wong saya jomblo ya bebas dong. Tapi tahukah
saudara-saudara? Pak Wendi marah habis-habisan sama saya.
Gila
dong namanya? Siapa elo gitu? Mbok urusin pacar elu? Jangan gue? Gue marah
dong, bukan siapa-siapa kok pakai ngelarang-larang? Bukan pacar loh, gimana
kalau pacar? Pacar gue yang dulu ajah kalau ngelarang gue marahin, nah elo?
Okey fix, minta maaf. Temenan lagi,
terus dia interogasi lagi ke saya. Ya, curhat-curhatan gitu. Kenapa saya betah
ngejomblo, saya cerita dong traumanya soal Mr. Y dan Mr. X, sudah bukan
waktunya saya main-main soal pacaran, apalagi kalau ortu sampai tahu. Tapi
kalau backstreet? NO! Saya cerita lagi, maunya sich punya pacar engak
sekampus. Ditanya, pacar kayak apa yang saya mau. Ya jelas yang bisa jadi imam
buat saya dong. Bukan berondong, sekeyakinan, enggak berewokan. Terus... jadi
imam saya itu ya harus khatam Al Qur’an, hafal Yasin dan mau mengamalkannya,
rajin adzan dong. Dan dia bilang, “aku mau ngelakuin itu buat kamu!”
Sumpah, saya melotot kaget. Lo itu pacar orang! Gue maunya
bukan elu! Dan saya pikir, mendingan kita enggak
temenan! Saya kagak mau dibilang perebut pacar orang, apalagi ada tuh temen
saya yang tahu soal pacarnya Pak Wendi dan saya malah yang dibilang ngerebut
atau apalah-apalah. NO!
Saya enggak SMS-an, di telp memang
enggak saya angkat. NO! Ini pertemanan yang enggak sehat. Saya enggak mau
nyakitin hati pacarnya Pak Wendi. Enggak...
Sampai paginya dia menghampiri saya ke
kelas saya, maaf, mohon-mohon. Beneran dech. Sehabis jam kuliah, saya masih
duduk di kursi, dia mpe mohon minta maaf, terus dia duduk di lantai, iya,
romantis emang, tapi saya enggak mengharapkannya dari dia. Sekali lagi saya
tekankan, saya enggak mau!
Terus dia ngajak saya ngomong, minta
diberi waktu buat ngejelasin. Seenggaknya kesempatan buat jujur. Okey, dia
ngejelasin semuanya kalau dia sudah putus sama pacarnya!
Gara-gara
gue? Argh, gila! Gue enggak suka!
Dia ngejelasin semuanya. Iya ngejelasin
sejelas-jelasnya! Pacaran backstreetnya, enggak ada restu dari ortu doi, pokoknya
semuanya. Bukan gara-gara saya—katanya dan memang sudah ada masalah sedari
dulu. Tapi tetep dong, saya enggak suka. Seenggak saya sempat marah, doi lagi memperjuangkan cinta
kalian tapi kenapa kamu ninggalin dia... buat saya? Saya yang Pak Wendi sendiri tahu sebenarnya lagi
‘ngeh’ sama siapa, bukan Pak Wendi tentunya! Buat saya itu... BEGO.
Iya. BEGO!
Perempuan yang butuh kepastian...
Hati saya “ngeh” sama dia, sementara ada
Pak Wendi dengan pengorbanannya. Hmm, masih belum habis pikir. Sampai
kenekatannya ngikutin saya sampai rumah, sampai tempat mbah juga dan dia
ngeberaniin diri ketemu alm. Mbah kung loh. duh... saya enggak suka kenekatannya.
Apalagi sampai ke rumah saya (Sendirian). Duh... ortu interogasi dech. Jawab
apa? Saya sudah dijanji enggak boleh main-main loh. Saya pernah dilamar, saya
pernah minggat, jangan sampai mempermalukan orang tua lagi.
Di sinilah saya tahu kelicikannya. Iya,
dia licik mencuri hati saya dengan segala caranya. Apalagi si dia yang bikin
ngeh saya malah Cuma ngegantungin. Sementara Pak Wendi? Memperkenalkan diri ke
orang tua saya loh. terus saya ceritain, macarin saya enggak mudah loh, saya
enggak boleh keluar malam, enggak boleh apel malam, kalaupun apel siang ajah
ada batasan waktunya. Pokoknya, pacaran sama saya itu rumit banget nget nget.
Saya sendiri, Pak Wendi sendiri, tapi...
Saya kepikiran mantannya yang dulu sering disanjung setinggi langit. Ya saya
enggak percaya dong kalau Pak Wendi cinta sama saya. Saya Cuma pelarian apa?
Dia jelasin, kelebayannya itu Cuma mau
bikin saya cemburu. Tambah gila lagi, kan? Buat apa saya cemburu gitu? Bahkan
dia bilang, tiap malam ngedengerin radio, sok kirim salam itu buat apa kalau
itu adalah salah satu dia buat ngedeketin ngedektin saya? Menyukai hal-hal yang
saya sukai. Bikin facebook buat apa kalau bukan buat saya. Sampai memotong
rambut dengan gaya yang saya suka pun dilakoninya padahal itu bukan gayanya.
Iya, gaya rambut kayak mantan saya... hahahaha...
Perempuan mana sich yang akhirnya enggak
klepek-klepek? Apalagi sampai berani memperkenalkan diri ke orang tua?
Okeylah... dia memahami saya. Sebelum dia, memang ada cowok yang mencintai saya
dengan segala pengorbanannya, tapi dia... memberikan lebih...
Awal pacaran sich saya okey-okey saja
dan malah menyuruh dia agar enggak mutusin silahturahmi sama mantannya. Iya
kalau SMS dibalas, telp diangkat... bla-bla. Sampai suatu ketika, beberapa
bulan pacaran, saya enggak mau dicium, dia bandingin saya sama mantannya. “Kamu memang yang paling aku
cintai, tapi bukan kamu yang paling mencintai aku!” Sumpah, saya empet banget nget nget sampai sekarang
dan kelebayan dia menjunjung tinggi mantannya itu sampai sekarang jadi bumerang
buat dia sendiri. Beneran. Bahkan hampir setiap malam jadi topik yang bisa
bikin kami berantem. Tapi langsung dipeluk, yowes markibo
(mari kita bobok).
2 tahun loh kami pacaran, 3 tahun lebih
menjalani pernikahan, tapi persoalan mantan seolah jadi hukuman. Saya kadang
mengeluh, apa kebahagian kami di atas penderitaan orang? Kalau jodoh kenapa
begini jalannya? Teman-teman SMA Pak Wendi yang tahu hubungan Pak Wendi sama
mantannya seolah membully saya
dengan segala kesoktahuannya.
Sebenarnya, sebelum menikah saya sempat
ragu. Tapi Pak Wendi selalu meyakinkannya. Iya, ragu. Seharusnya Pak Wendi
kembali sama dia saja. Tapi mungkin ini jodoh, selalu ada cerita yang akhirnya
menyatukan kita hingga lahirlah Arjuna. *tsahhhh
Kalau boleh jujur, kelebayan masa lalu
soal mantan itu memang sering banget jadi masalah. Iya, jadi masalah. Pak Wendi
menyesal, selalu meyakinkan dan meyakinkan. Tapi yaaa... gimana yah? Kok kayak
belum ikhlas dengan kisah masa lalu Pak Wendi meskipun Pak Wendi selalu minta
maaf atas suatu hal yang sebenarnya bukan kesalahannya.
Mungkin begitulah jodoh. Iya, jodoh itu
misteri. Kita enggak pernah tahu siapa jodoh kita. Pun saya dengan Pak Wendi.
Sama sekali dalam benak saya tak ada pemikiran mengenalnya, pacaran sama dia,
nikah sama dia, sama sekali enggak ada. Meskipun dia bilang kalau dari awal
ketemu memang ada sesuatu yang beda, tapi dalam diri saya sich enggak.
Yups, Pak Wendi memang anugerah dari
Tuhan buat saya. Meskipun kebersamaan kami mungkin bukanlah jalan yang saya
mau. Iya, menurut mereka yang kenal saya dan Pak Wendi, yang suka sama saya yah
tentunya, selalu memuji keberuntungan saya.
Saya yang kekanak-kanakan, saya yang
manja, saya yang sering ogah masak, pokoknya saya isteri macam apa sich? Maunya
dipijitin, dibikinin kopi, suka dolan, suka belanja enggak penting, hallah
pokoknya apa tho saya ini? Saya beda jauh loh sama mantannya Pak Wendi yang
kata temen-temen SMA Pak Wendi sempurna. Haha... (bahas mantan di postingan
lain hari saja, yah? Kepanjangan!)
Kembali ke judul, jodoh adalah misteri.
Meski cinta saya tak serealistis #selmahaqyjourney #selmahaqywedding, tapi
jodoh saya adalah misteri. Semisteri cerita yang akhirnya tak bisa saya tebak.
Iya...
NB : Mohon maaf jika ada pihak yang
tersakiti. Boleh colek secara personal.
6 Comments
Kita boleh berencan, tapi Tuhan yang menentukan. Jodoh ditangan Tuhan
ReplyDeleteBukan..bukan saya bu yg tersakiti oleh tulisanmu..ups.
ReplyDeleteBetul, jodoh emang misteri. Moga langgeng dan bahagia selalu sama Pak Wendy.
Soal Selma biarlah dia bahagia dg pilihannya. Neng Selma blm dikitbah pacarnya kan waktu nerima den Haqi, so scr hukum sah saja.
Hanya saja, saya kok lbh sreg neng selma gak usah nulis kisahnya ini demi menjaga perasaan keluarga mantan.
Wahahaha lagi hot banget emang tuh si Selma yaaa. Saling mendoakan aja pokonya <3
ReplyDeleteKalau aku selalu memandang, hidup memang harus realistis dan melihat ke depan. Masa lalu, biarlah berlalu :)
ReplyDeleteYang bagian ini
ReplyDelete"Setiap lelaki berhak melamar perempuan pilihannya
Tapi perempuan juga punya hak untuk menolak"
Saya jadi tercengang!!
iya betul banget mbak..jodoh itu misteri ya hanya Allah yang lebih tahu.so sweet banget ya mbak pertemuan dengan misua
ReplyDelete