Skip to main content

KARENA MEMPERTAHANKAN TAK SEMUDAH MEMBANGUN



KARENA MEMPERTAHANKAN TAK SEMUDAH MEMBANGUN

Melihat berita tentang pelakor yang semakin menjadi-jadi di sosial media bikin tangan ini gatel buat menanggapinya. Apalagi kasus yang terbaru tentang Bu Dendy dan Pak Dendy bersama Mbak Nyla Nylala, duh... sampai jadi trending topik di Twitter dan hampir WAG ku membahas tuh video.

Gimana perasaan ngana liat duit dibuang-buang kayak cinta suciku kau buang-buang? #sakitnyatuhdisini è nunjuk dada..

Nyari duit enggak gampang, jadi pelakor malah disawer ratusan juta. Jangan sampai dech ntar anak-anak ditanya cita-citanya apa malah ngejawab jadi pelakor.. #Naudzubillah

Sebenarnya, kasus Pak dan Bu Dendy serta Mbak Nyla ini bukan lagu baru. Cerita lama tsay... Apalagi konon katanya, Bu Dendy aka Ovie ini dulu ngedapetin Pak Dendy dari hasil ngelakor juga, ibaratnya sekarang kena hukum karma. #KarmaDatangnyaNgebut kayak kasus icallyurdeddy.. ye kan Mbak Jedun?

Hal kayak gini, sebelumnya pernah dialami sesembak ertong Nadia Amira juga kalau enggak salah. Cuma bedanya, Mbak Nadia nggeak buang-buang duit... Cuma bikin status di medsos juga. #Efeknongkronginakunhosip

Dan soal kasus ngelakor ini makin ngetrend ajah dech, enggak Cuma soal ATT yang dituding jadi pelakor di antara Mamat dan Gigi, tapi di kalangan orang biasapun ngelakor ini udah jadi makanan sehari-hari. Hampir tiap hari, kasus pelakor ini memenuhi timeline sosmed, dengan cerita yang berbeda tentunya.

Etapi, kasus tentang Mbak Nyla ini kayaknya lebih menyita. Sampai mengalahkan rayuan maut akang Dilan. Hingga banyak banget hadir parodinya yang bikin ngakak so hard.

Tapi yasudahlah... Yang penting rumah tangga kita damai aman sentosa sampai mau memisahkan kita.

#ObrolanKeluarga #SelasaBercerita

Baca punya Mak Aya :

Ngomongin soal rumah tangga itu enggak bakalan ada habisnya. Mempertahankannya lebih syulit tsay daripada membangunnya. Eh... enggak, membangun rumah tangga itu juga bukan hal yang mudah ding. Perjalanan bertemu sampai di pelaminan bersama sang pujaan hati ajah butuh perjuangan. Buat yang bertahan ngejomblo sampai dibilang sok suci sampai enggak laku, atau berulang kali pacaran dan patah hati, bahkan sampai ada yang trauma dan enggak mau menikah... menurutku itu bukanlah perjalanan yang mudah.





Ijk sendiri, beberapa kali ngerasain patah hati sebelum akhirnya ketemu Pak Wends. Masa pacaran dan banyak hal-hal yang kami takutkan ketika pengen melangkah ke hal yang lebih serius. Apalagi menilik masa lalu aku, pernah dilamar dan ogah, pernah punya pacar dan enggak direstuin. Itu sempat membuat aku trauma pacaran. Dan akhirnya... lelaki yang menawarkan keseriusan itu benar-benar menyakinkan aku.. dia adalah Pak Wends.


Sebelum memutuskan ke jenjang pernikahan, aku dan Pak Wends benar-benar butuh perjuangan. Berjuang meyakinkan diri sendiri dan keluarga. Tutup telinga dengan apa kata orang yang enggak suka. Sampai dengan memantapkan hati dan menerima masa lalu masing-masing yang terkadang malah menjadi benalu tersendiri buat hubungan kami.

Setelah menikah, apakah semua selesai begitu saja?

Dan tentu saja tidak! Justeru, kami memulai perjalanan baru dengan tantangan yang lebih hebat...

Perjalanan mengarungi biduk rumah tangga itu banyak banget tantangannya. Dari kita yang dulunya seorang diri, kini kita jadi dua orang. Belum lagi ada anak. Belum lagi ada ipar dan mertua, mereka adalah orang lain yang jadi saudara. Saudara yang kita temui disaat dewasa. Di mana latar kehidupan dan gaya hidupnya pun beda dengan kita. Di mana kita harus mulai belajar membawakan diri dalam kehidupan mereka. Dan semua itu... butuh perjuangannya tersendiri.


Untuk mertua dan iparku, di aku sich enggak ada masalah. Sama sekali enggak ada. Mertuaku justeru lebih sejalan dengan aku ketimbang orang tuaku sendiri. Mertuaku tipekal orang tua yang santai dan enggak saklek. Pun dengan ipar. Jadi, 5 tahun menjalani biduk rumah tangga, aku enggak ada masalah sama mertua dan ipar.

Untuk keluarga besar?

Mungkin ini yang harus aku pelajari lagi. Belajar lebih kenal dan memahami mereka. Karena aku juga sempat sih ada masalah dan ada keluarga besar yang enggak srek sama aku.

Buat aku, hubungan dengan keluarga besar—entah dari pihak suami ataupun aku—tuh penting banget. Meskipun jarang ketemunya. Akan tetapi, tiap lebaran dan ada saudara yang punya gawe kan bakalan ketemu. Enggak enak kan kalau ketemu dan bermasalah.

Ini NOTED banget yah. Hubungan enggak baik antar keluarga itu bakalan jadi benalu keluarga kecil, dan aku pernah dalam posisi itu.

Belum lagi... masalah orang ketiga, masalah ekonomi, masalah beda pendapat. Ini adalah perjuangan dalam rumah tangga. Harus ada yang memahami, ngerti sampai dengan ngalah.

Soal orang ketiga ini, enggak Cuma adanya pelakor atau pebinor. Ya kayak keluarga tadi juga bisa. Ada loh, tetangga aku yang cerai karena pasangannya enggak bisa akur sama iparnya. Ada dan itu di depan mata aku sendiri.

Belum lagi soal pelakor yang lagi ngehits. Naudzubillah yah...

Pelakor makin merajalela.


Terus... adalagi masalah ekonomi. Penghasilan segini, pengeluaran segitu. Lihat feed instagram temen yang sering jajan, sering shopping, sering dolan, terus nuntut ke pasangan. Belum lagi kalau suka ngumpul sesama bu-ibu, pamer gaji suami terus enggak mau kalah saing. Duile, yang ada ntar bakalan enggak bersykur sama nafkah suami. Terus, nyarilah laki yang lebih kaya...

Soal ngasuh anak juga bisa bikin berantem. Emaknya mau kayak gini, bapaknya maunya kayak gitu. Berantem. Enggak ada yang mau ngalah. Oke Fix...



Itu semua, hal-hal yang bakalan bikin keluarga jadi enggak nyaman. Buat bertahan dalam setiap kondisi yang seperti itu tuh butuh perjuangan. Kudu kuat iman. Kudu buang gengsi, kudu lupain harga diri agar bisa akur lagi sama pasangan. Dan buat aku, mempertahankan rumah tangga dari macam godaan itu bukan hal yang mudah.


Membangun ajah syulit, apalagi mempertahankannya... ye kan? Gimana menurut ngana?

Comments

  1. Kalau mau nikah mah nikah aja tinggal datang ke KUA, tapi abis itu tantangannya. Makanya mau mikir nikah kan gak main iyain aja ya Mak, kudu mikir mateng

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku dulu mikirnya gitu.. okey nikah biar halal, padahal menikah itu enggak sesederhana itu... hahaha

      Delete

Post a Comment